SEKILAS INFO
Selamat Datang di Website Desa Balongdowo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
Minggu, 27/4/2025
Home » Berita » Alat Canggih Antropometri, Ringankan Tugas Posyandu untuk Atasi Stunting

Alat Canggih Antropometri, Ringankan Tugas Posyandu untuk Atasi Stunting

Kehadiran alat Canggih Antropometri untuk pengukuran berat dan tinggi  badan bayi dan balita disambut gembira petugas Posyandu Desa Balongdowo, Sabtu (21/10).

Pasalnya, kehadiran alat canggih hasil rancangan tim ahli dosen Program Studi  Elektromedik Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya itu dinilai sangat membantu meringankan beban pekerjaan mereka dalam melakukan tugas pokoknya untuk mengukur berat dan tinggi badan bayi dan balita.

“Kami sangat bergembira sekali dengan kehadiran alat canggih ini. Karena alat ini mempermudah pekerjaan kami untuk  menimbang dan mengukur tinggi badan bayi dan balita. Selain itu waktu pengerjaannya lebih cepat,” kata Ibu Sekar  Fajar, seorang kader Posyandu kepada pawartajatim.com saat diminta komentarnya di Balai Desa Balongdowo, Sabtu (21/10).

Sementara itu, kader Posyandu lainnya, Anis Purnami, menambahkan, pengopersian alat ini sebetulnya mudah hanya dengan menggunakan hand phone (HP)  android. “Kita bisa mengakses data yang ada dalam alat tersebut ke HP dan setelah itu kita mengoperasikannya lewat HP tersebut dan hasilnya pun kita bisa kirim ke Puskesmas dan ibu bayi,” ujar Anis, sambil tersenyum ramah.

Penyerahan alat canggih ini dilakukan oleh ketua tim perancang alat tersebut dari Staf Ahli Dosen Prodi Elektromedik Poltekkes Surabaya pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Program Pengembangan Desa Sehat (PPDS) Poltekkes Surabaya yang digelar di Balai Desa Balongdowo, Sabtu (21/10).

Ibu Sekar Fajar dan Anis  Purnami, adalah kader posyandu yang telah dilatih oleh tim  (PPDS) Poltekkes Surabaya untuk mengoperasikan alat canggih tersebut. Menurut keduanya sebelum alat  ini dioperasikan secara luas, keduanya sudah dilatih untuk penggunaan alat tersebut.

Walau dilatih hanya dalam sehari pekan lalu, keduanya mengaku sudah tahu dan mampu mengopersasikannya. Keduanya menjelaskan di Desa Balondowo terdapat enam unit posyandu dengan tugas pokok untuk mengukur berat dan tinggi badan bayi dan balita setiap biulan.

Sementara itu, Kepala Desa/Kades Balongdowo  Amirul Mukminin, pada kesempatan sama  menyampaikan ucapan terimakasih kepada tim PPDS  Poltekkes surabaya yng selalu peduli dengan kebutuhan warga desa Balongdowo.

Dikataknnya pada 2021, tim yang sama telah datang memberikan bantuan berupa tangan palsu kepada salah satu warga desanya yang mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan tangannya terpotong.

“Dengan bantuan tangan tersebut warga saya itu telah mendapatkan pekerjaan lagi dengan menggunakan tangan palsu tersebut,” tegas Kades berbadan tinggi besar itu menghimbau para warganya untuk memanfaatkan bantuan PPDS ini dengan sebaik-baiknya sehingga berguna bagi masyarakat.

PPDS ini bertemakan ‘Hilirisasi Alat Antropometri  Digital Berbasis IOT untuk Deteksi Dini Balita Stunting’. Tim PPDS Poltekkes surabaya ini terdiri dari Dr Triwiyanto, Ssi, MT selaku ketua dan dibantu Bedjo Utomo, SKM, M.Kes, Ibu Sari Lutfia, Lamidi, (alm) Thorib yang belum lama ini meninggal dunia dan sugeng Iwan dari Poltekkes Malang sebagai perwakilan  dalam jalinan kerjasama dengan Poltekkes surabaya.

Program Desa Sehat Bebas Stunting

Sementara itu, Dr Triwiyanto Ssi, MT pada sambutannya mengatakan berterimakasih kepada warga Balongdowo yang masih mau menjalin kerjasama dengan Poltekkes Surabaya terutama untuk pengabdian masyarakat.

Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan program pengembangan desa sehat. Dan program ini merupakan program dari Dirjen Tenaga Kerja Kesehatan pemerintah pusat terutama untuk mengatasi masalah stunting bayi dan balita di pedesaan.

Selain itu, dilakukan website portal desa sehingga desa ini bisa dilihat atau dipantau oleh berbagai pihak lewat website yang ada. “Tahun depan yakni tahun 2024 akan dilakukan kegiatasn desa wisata sungai di Desa Balongdowo ini,” ujar Tri, panggilan akrab Triwiyanto.

Dijelaskannya, alat canggih Antropometri ini digunakan untuk mengukur berat badan (BB) dan tinggi Badan (TB) bayi dan balita yang dikaitkan dengan usia bayi atau balita. Dengan mengetahui berat dan tinggi badan serta usia bayi dan balita dapat diketahui hasilnya apakah bayi tersebut memiliki gizi yang cukup atau tidak. Jika gizinya bagus maka kemungkinan bayi tersebut tidak bakal menderita stunting.

Tetapi sebaliknya jika gizinya kurang maka kemungkinan besar bayi tersebut bakal menderita banyak penyakit dan salah satunya stunting. Jadi alat canggih ini bisa dikatakn berfungsi untuk memantau stunting.

Jika penggunaan alat ini dilakukan efektir maka stunting tidak akanmerambah bayi di desa tersebut. Atau dengan kata lain alat ini bisa menciptakan warga desa yang sehat dan salah satunya bebas stunting.

Dalam acara pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan juga sejumlah kegiatan. Antara lain: penimbangan dan pengukuran berat dan tinggi badan bayi dan balita. Pada awalnya hanya satu balita dan seorang bayi yang dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan.

Tetapi ternyata semua ibu ysng masing-masing membawa anak dalam acara tersebut meminta agar anak mereka juga diukur berat dan tinggi badannya. Mereka sangat antusias dengan memanfaatkan alat canggih tersebut.

Selain itu, dilakukan penyerahan  peralatan masak dimsum dan rombong untuk membuka warung makan. Selain itu, juga diperagakan cara membuat dimsum dengan berbahan ikan dan kupang.

Dalam acara yang digerlar sehari tersebut dirangkaikan juga dengan seminar yang menampilkan dua pembicara masing-masing Bedjo Utomo SKM, M.Kes dan Sugeng Iwan dari Poltekkes Malang.

Bedjo Utomo menjelaskan tentang gizi bayi dan balita sementara Sugeng Iwan menampilkan tema tentang Pencegahan Stunting dengan Bahan Pangan Lokal. Dijelaskan Bedjo ssampai saat ini masalah stunting belum bisa diatasi secara maksimal.

Karena di beberapa daerah masih terdapat anak yang mengalami stunting. Sementara pemerintah menargetkan agar stunting harus sampai titik nol. Sementara itu, Sugeng Iwan, dalam ceramahnya menjelaskan masalah stunting ini masih menggerogoti anak-anak di Indonesia.

Penyebabnya karena masyarakat kita kurang menghargai gizi yang berasal dari bahan makanan lokal.  Padahal bshan msakanan lokal itu mempunyai sumber gizi yang tinggi. (jos)

sumber: https://www.pawartajatim.com/alat-canggih-antropometri-ringankan-tugas-posyandu-untuk-atasi-stunting/