Ini kabar gembira bagi petugas di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau Posyandu dalam rangka untuk mengetahui berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi atau balita.
Tim ahli dosen Program Studi Elektromedik Politeknik Kesehatan atan Kementerian Kesehatan (Poltekkes) Surabaya telah berhasil merancang sebuah alat canggih untuk mendeteksi berat badan dan tinggi badan bayi serta stunting.
Berdasarkan data berat badan dan tinggi badan serta usia bayi atau balita, maka dapat diketahui apakah bayi atau balita tersebut memiliki tingkat gizi yang tinggi atau tidak. Selain itu, dapat juga diketahui apakah bayi tersebut termasuk bayi penderita stunting atau tidak.
Alat canggih yang disebut Antropometri ini diperkenalkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat (pengabmas) dalam rangka pelaksanaan Program Pengembangsan Desa Sehat (PPDS) di Desa Balongdowo, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo yang dipusatkan di Balai Desa tersebut, Sabtu (21/10).
Dr Triwiyanto SSi MT, ketua tim pembuatan alat canggih ini ditemui di Balai Desa Balongdowo Sabtu (21/10) mengatakan, kegiatan ini merupakan program Direktorat Pendidikan Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Pria lulusan S-2 Elektro ITS ini menjelaskan alat canggih yang disebut Antropometri ini dirancang dengan menggunakan teknologi internet Of Thing untuk deteksi dini Stunting menuju Desa Sehat dan Digital di Desa Balongdowo, Sidoarjo.
Dengan sistem ini pengoperasian alat timbang bayi tersebut terkoneksi dengan internet. Tujuannya untuk mendeteksi dini tingkat gizi dan stunding seorang bayi melalui sistem informassi berbasis Web menuju desa sehat.
Dalam pengoperasian alat canggih ini didasarkan dengan perhitungan berat dan tinggi bayi yang dikaitkan dengan usia bayi. Alat timbang ini sebenarnya terbuat dari alat timbang biasa yang sering dijual di pasaran.
Tetapi oleh tim ahli Prodi Elektromedik Poltekkes Surabaya dilengkapi dengan elektronik makro yang dapat terkoneksi dengan internet. Sehingga alat ini mempunyai kemampuan untuk sensor berat dan tinggi badan bayi.
Dengan mengetahui panjang dan berat badan bayi, sehingga hasilnya dapat mengetahui status gizi bayi dan bisas jugas mengetsahi apakah bayi tersebut stunting atau tidak. Sistem perhitungannya dilakukan dengan melihat hasil perhitungan: berat badan (BB) dibagi umur, tinggi badan (TB) dibagi umur dan berat badan (BB) dibagi tinggi badan.
Dengan demikian alat canggih yang memiliki akurasi hingga 95 persen ini dapat memperlihatkan status gizi yang dimiliki seorang bayi. Alat ini terdiri dari dua jenis yakni alat untuk pengukuran berat dan tinggi badan balita usia 0-2 tahun dan pengukuran tinggi dan berat badan ibayi 2-5 tahun.
Alat ukur untuk balita 0-2 tahun harganya Rp 13,5 juta dan alat ukur untuk bayi 3 – 5 tahun harganya Rp 15,5 juta. Alat ini sudah diujicobakan di Puskesmas Candi. Penggunaan alat ini meringankan beban para petugas di Puskesmas untuk menghitung berat dan tinggi badan bayi.
Selain itu dapat mengetahui tinggi gizi dan yang ada kaitannya dengan status stunting atau tidaknya seorang bayi. Dr Triwiyanto, dosen energik senang olahraga sepeda ini mengatakn dalam waktu dekat pihaknya akan mendaftarkan hak paten agar tidak dijiplak orang lain.
Saat ini, tambah alumnus S-3 Elektro UGM Yogyakarta ini timnya baru memproduksi 1 unit. Tetapi dalam waktu dekat akan ditambah 5 unit lagi sehingga totalnya menjadi 6 unit. Ketika ditanya apakah akan diproduksi masal dan dijual bebas, Triwiyanto mengatakan, tergantung pada pihak Kementerian Kesehatan.
Karena pihaknya cuma sebagai pelaksana lapangan sedangkan kebijakan untuk pengembangan lebih lanjut tergantung orang pusat. (jos)
sumber: https://www.pawartajatim.com/prodi-elekteromedik-rancang-alat-canggih-deteksi-berat-badan-bayi-dan-stunting/